RSS

Dari Bakul Ikan Jadi Pemilik Maskapai Penerbangan

17 Jul

Dari Bakul Ikan Jadi Pemilik Maskapai Penerbangan

Pendakian terjal ditempuh oleh Susi Pudjiastuti. Perempuan kelahiran Pangandaran tahun 1965 ini pada awal tahun 1980-an gagal menamatkan SMA-nya di Cilacap, Jawa Tengah. Ia pulang ke Pangandaran dan mencoba berjualan aneka barang seperti baju, bedcover, dan sebagainya.

Namun akhirnya ia menemukan potensi Pangandaran, yaitu ikan. Dengan modal Rp 750 ribu hasil penjualan perhiasan miliknya, ia mulai berjualan ikan dengan cara membeli ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan menjualnya ke restoran-restoran. Hari pertamanya ia hanya berhasil menjual 1 kg ikan. Itupun ke restoran kenalannya.

Keuletan, tak membuatnya mundur. Ia terus mencoba lagi hari-hari berikutnya. Meski tak mudah, akhirnya ia bia menguasai pasar Pangandaran setahun kemudian. Lalu ia mencoba menjual ikan-ikan dari Pangandaran ke Jakarta dengan menyewa truk. Berangkat jam tiga sore sampai di Jakarta tengah malam menjadi kegiatan sehari-harinya.

Dari semula menyewa truk akhirnya Susi bisa membeli truk. Usahanya terus berkembang. Sampai-sampai ia bisa mengekspor udang ke Jepang. Meskipun sempat jatuh bangun, alat transportasi ikannya berubah drastis dari truk hingga menggunakan pesawat terbang.

Ceritanya, setelah menikah dengan pilot asal Jerman, Susi berangan-angan mengangkut ikannya menggunakan pesawat. Angan-angan itu timbul karena dengan menggunakan truk yang memakan waktu sembilan jam perjalanan, dan ikan-ikannya mati sesampai di Jakarta. Itulah yang membuat harga ikannya jatuh. Dengan pesawat cuma diperlukan satu jam sehingga harga ikannya pasti tinggi karena lebih segar.

Tahun 2000, Susi mencoba mengajukan pinjaman ke bank untuk merealisasikan rencana itu. Namun rencananya itu ditertawakan pihak bank dan sudah tentu pengajuan kreditnya ditolak. Baru pada tahun 2004, ada bank yang mau mengabulkan kreditnya. Dari Bank Mandiri, ia mendapat pinjaman Rp 47 miliar yang ia gunakan untuk membuat landasan di Pangandaran dan membeli dua pesawat Cessna.

Namun sebulan setelah pengoperasian pesawatnya, terjadi bencana tsunami di Aceh. Naluri kemanusiaannya terusik. Ia terbang ke Aceh untuk memberi bantuan. Pesawat Susilah, pesawat pertama yang mendarat di Aceh setelah bencana itu. Besoknya ia membawa barang-barang bantuan seperti beras, mi instan, dan sebagainya. Susi dan pesawatnya pun berkutat di Aceh mendistribusikan barang-barang bantuan.

Rencananya, ia “hanya” memberi bantuan sarana angkutan gratis selama 2 minggu,namun banyak LSM dalam dan luar negeri yang memintanya tetap di sana dan mereka bersedia menyewa pesawat Susi. Dari sanalah lahir namaSusi Air sebagai usaha penyewaan pesawat.

Kini Susi Air sudah memiliki 50-an pesawat dan nama Susi Air pun dikenal sebagai maskapai penerbangan carteran yang populer di Indonesia saat ini. Sungguh suatu pendakian nasib yang menakjubkan dari seorang ibu yang tak tamat SMA. Keuletan dan keberaniannya mengantarkannya ke puncak sukses bisnis.

Salam Luar Biasa!!

Penulis : Tim Andrie Wongso

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada Juli 17, 2011 inci Kisah Inspiratif

 

Tag: , , , , , , ,

1 responses to “Dari Bakul Ikan Jadi Pemilik Maskapai Penerbangan

  1. hertanto

    Desember 19, 2011 at 5:21 pm

    saya pernah mendengar mengenai seorang wanita yang mempunyai pesawat carteran untuk membantu stunami aceh, tapi baru malam ini saya membaca kisah hidup ibu susi pudjiastuti dari motivasi 7 keajaiban rezeki, dimana malam ini kok lancar modem saya sehingga saya menemukan kisah ibu susi dan ibu susi dapat menjadi motivasi sebagai seorang ibu rumah tangga yang ulet dan perlu suatu proses untuk mensyukuri keadaan sekarang ini, mudah2 an kisah ibu susi banyak dibaca oleh ibu2 rumah tangga / calon ibu / mahasiswi2 dan menjadi motivasi dalam proses usaha untuk sukses seperti ibu susi. ternyata pengalaman menjadi bagian dari proses untuk mendapatkan suatu kesuksesan.saya harus bisa mengajak istri dan anak2 saya untuk menjadi orang yang ulet seperti ibu susi, maaf sebelum ibu belum punya pesawat. istri saya (ibu rumah tangga) saya motivasi untuk mau menjual bubur sumsum hasil produksinya ke teman2 di kelurahan dan kecamatan dengan kendaraan sepeda motor dan saya juga ikut memasarkan di kantor setiap jumat habis senam, kalau saya membuat susu kedelai juga istri saya menjual kepada teman2 nya, mohon doa ya bu susi semoga ada spirit untuk tetap berjualan terus dan saya pingin baca semua buku ippo santoso tapi saya belum memiliki, nanti insya allah saya akan membeli satu persatu dan akan saya baca bersama istri dan anak2 saya, terima kasih ibu susi.

     

Tinggalkan komentar